Minggu, 27 Desember 2020

Wisata Kota Tua di Padang Sumatera Barat Indonesia

Kawasan kota tua di Padang masih tersisa menggunakan deretan satu daerah pada wilayah pinggiran Sungai Batang Arau. Kota tua didominasi dengan arsitektur gaya kolonial dan Eropa banyak ditemukan didaerah ini. Dengan banyaknya gedung tua berarti tempo dulu memiliki aktifitas krusial pada perdagangan buat bongkar-muat barang hasil bumi.

Perdaganan ini sudah berlangsung sebelum Belanda masuk. Dengan adanya perdagangan bangsa Arab, Gujarat India, Spanyol, dan Portugis singgah buat berdagang maka terbentuklah kota misalnya ini. Mayoritas penduduk dilokasi kota tua Padang tempo dulu dihuni beberapa latar belakang penduduk misalnya pedagang generik, nelayan, dan pedagang garam.

Setelah Belanda memasuki kota Padang dengan dibukanya beberapa tambang batu bara di wilayah Sawahlunto aktivitas perdagangan ini mulai berkembang. Kolonial Belanda menduduki kota Sumatera Barat menggunakan mulai mengeksploitasi tambang. Transportasi mengangkut seluruh tambang diharapkan menggunakan jalur transportasi darat yaitu kereta barah. Dilokasi ini masih masih ada jalur kereta yg tidak digunakan lagi dan terbengkalai.

Source : Tropenmuseum

Source : Tropenmuseum

Source : Tropenmuseum

Pondok Tempo Dulu ; http://padangschebovenlanden01.Blogspot.Com/

Kawasan kota tua pada Padang terdiri poly bangunan bergaya Arab, Cina, Melayu, & Minangkabau. Keseluruhannya masuk kedalam cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota.

Memasuki abad ke-17 dengan banyak ditaklukan beberapa kerajaan yg ada di Pulau Sumatera menggunakan banyaknya sumber komoditas krusial seperti lada, pala, cengkeh, dan emas inilah menjadi karena banyaknya bangsa Eropa berlomba menaklukan buat menguras semua hasil bumi ini. Tidak hanya itu mereka jua membangun fasilitas perdagangan seperi gudang penyimpanan, bank, ataupun perwakilan perusahaan penting yang ditempatkan di kota Padang.

Http://ohgituto.Blogspot.Com/

Dengan lokasi yg sangat strategis inilah kolonial Belanda poly membentuk infrastruktur buat mendukung program perdagangan yg mereka lakukan. Untuk menciptakan hubungan yg kuat ini maka dibangunlah tempat sandaran kapal melalui pelabuhan Muara Padang Sungai Batang Arau buat terkoneksi menggunakan pelabuhan Teluk Bayur Emma Haven dalam abad ke 17.

Sejarah kota tua di kota Padang sangatlah menarik. Adanya interaksi antara kolonial Belanda dengan kedaulatan kerajaan Aceh dan Pagaruyung. Dengan dipercaya menjadi kota penting di Sumatera makan kota Padang tempo dulu dijadikan basis militer & loka perawatan tentara yg terluka dalam ketika perang. Jadi dengan banyaknya aktifitas yg dilakukan masa itu maka bermunculan kota baru disekitar Batang Arau yg berubah menjadi tempat pemerintahan Belanda.

Lokasi wisata kota tua pada kota Padang dimulai berdasarkan Jl Pasa Gadang. Tempat inilah awal menurut kota tua. Anda bisa melihat beberapa bangunan yang masih ada sampai sekarang, tempo dulu dipakai sebagai loka penyimpanan barang hasil bumi tadi. Berjalannya saat dengan selesai dibangun Emma Haven Teluk Bayur berakibat arus lalu lintas menjadi bergairah. Pada abad ke 19 lah menjadi zenit menurut perkembangan kota menggunakan banyaknya batu bara di Sawahlunto - Ombilin yg telah dieksplorasi pada zaman De Greve yg akan diangkut melalui pelabuhan ini dan Teluk Bayur. Tetapi jalur perdagangan terfokus di Muara Batang Aru atau kota tua ini.

Pada waktu kini anda masih menemukan gedung yg tercatat dibangun pada 2 Mei 1918, bangunan yang dibentuk zaman Belanda. Sangat disayangkan lokasi ini yang sebagai kota perdagangan krusial menjadi sangat tidak terurus dan terawat. Berlumut serta menghitam disetiap dindingnya. Sekarang hanya dipakai menjadi loka lokasi penyimpanan barang biasa saja oleh rakyat setempat. Lokasinya tersebar dari Muaro, Pasar Batipuh, Pasar Mudik, dan Pasar Gadang.

Dengan berkembangnya zaman terdapat beberapa gedung yang direvitalisasi sang warga dengan merubah nilai keaslian gedung sehingga membuahkan perbedaan yang signifikan terhadap gedung tua yang ada pada area ini. Sampai di dekat area Jembatan Siti Nurbaya anda masih menemukan gedung bekas De Javasche Bank yg kini dimiliki oleh Bank Indonesia.

De Javasche Bank - Source: Tropenmuseum

http://blueoctopus13.Wordpress.Com/

http://ryaafrianto.Wordpress.Com/

http://padangcitytour.Blogspot.Com/

http://padangindahrentcar.Wordpress.Com/

Dengan peninggalan ini anda bisa mendapat pelajaran sejarah pribadi betapa pentingnya jalur ini yg digunakan sang Belanda buat mengangkut hasil bumi. Termasuk emas hitam atau batu bara menjadi daya tarik primer pada masa itu. Wisata kota tua di Kota Padang telah masuk kedalam rencana cagar budaya yg dilindungi yg selalu dipandu keberadaannya dan wajib sesuai menggunakan kaedah yang berlaku. Harus dibentuk sebagai daya tarik menggunakan merestrukturisasi syarat gedung tua dan akan menjadi destinasi wisata yg sangat menjanjikan dan sebagai pendapatan orisinil daerah di bidang pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar